BJ Habibie adalah pria luar biasa yang memberikan kontribusi signifikan bagi industri kedirgantaraan Indonesia dan menjabat sebagai Presiden Indonesia ketiga dari tahun 1998 hingga 1999. Kehidupan dan kariernya telah menjadi subyek beberapa film, termasuk film biografi 2016 “Habibie & Ainun,” disutradarai oleh Faozan Rizal.
Film ini bercerita tentang kehidupan Habibie, dari masa kecilnya di Parepare, Sulawesi Selatan, hingga studinya di Jerman, dan kepulangannya ke Indonesia untuk membantu mengembangkan industri kedirgantaraan tanah air. Film ini berfokus pada hubungan Habibie dengan istrinya, Hasri Ainun Besari, dan tantangan yang mereka hadapi sebagai pasangan, termasuk perpisahan yang lama dan tragedi pribadi.
Film dibuka dengan pertemuan pertama Habibie dan Ainun sebagai mahasiswa di Bandung pada tahun 1960-an. Mereka segera jatuh cinta, tetapi hubungan mereka diuji ketika Habibie memutuskan untuk melanjutkan studinya di Jerman. Meski jauh, mereka tetap berhubungan melalui surat dan panggilan telepon, dan cinta mereka terus tumbuh.
Di Jerman, Habibie menjadi insinyur dirgantara yang sukses dan mengembangkan hasrat untuk merancang pesawat terbang. Dia kembali ke Indonesia pada tahun 1970-an dan terlibat dalam industri kedirgantaraan negara tersebut. Dia menghadapi banyak tantangan, termasuk kurangnya dukungan dan dana dari pemerintah, namun dia tetap berkomitmen pada visinya untuk mengembangkan industri kedirgantaraan Indonesia.
Karier Habibie menanjak ketika ia menjadi CEO perusahaan pesawat milik negara, IPTN (sekarang dikenal sebagai PT Dirgantara Indonesia), pada 1980-an. Dia memimpin perusahaan menuju kesuksesan, dan di bawah kepemimpinannya, IPTN mengembangkan beberapa pesawat yang sukses, termasuk N-250, yang masih digunakan oleh militer Indonesia hingga saat ini.
Film ini juga menggambarkan keterlibatan Habibie dalam politik, termasuk masa singkatnya sebagai Presiden Indonesia. Dia menjadi Wakil Presiden di bawah Presiden Suharto pada tahun 1998 dan menjadi Presiden setelah Suharto mengundurkan diri karena protes yang meluas. Habibie memimpin Indonesia melalui masa kekacauan politik dan ketidakstabilan ekonomi, namun masa jabatannya dipotong pendek ketika ia tidak terpilih kembali pada tahun 1999.
Sepanjang film, kecintaan Habibie pada Ainun tetap menjadi tema yang tak pernah berhenti. Hubungan mereka digambarkan sebagai sumber kekuatan dan inspirasi bagi Habibie, dan cinta abadi mereka merupakan bukti kekuatan cinta dalam menghadapi kesulitan.
Singkatnya, “Habibie & Ainun” adalah film yang dibuat dengan baik yang memberikan wawasan menarik tentang kehidupan dan karier BJ Habibie. Film ini menggambarkan Habibie sebagai seorang insinyur visioner yang bersemangat mengembangkan industri kedirgantaraan Indonesia dan sebagai seorang suami yang setia yang sangat mencintai istrinya. Film ini merupakan penghormatan yang mengharukan bagi seorang pria yang luar biasa dan warisannya yang abadi, dan berfungsi sebagai pengingat akan kekuatan cinta dan tekad dalam menghadapi kesulitan.