Sepersekian Detik dan Menyerah

SEPERSEKIAN DETIK

Sepersekian detik,
Tawa renyah mu terdengar
Segera ku tutup telinga.

Sepersekian detik,
Wajahmu melintasi khayal
Aku segera membuka mata

Sepersekian detik,
Bekas genggammu menusuk telapak tangan, sedang yg ku peluk hampa jua

Hanya sepersekian detik,
Namun rindu yang datang setelahnya begitu mengusik

Menoreh pilu,
Kembali lebam segumpal hati yang sempat sembuh itu.

Yogyakarta, 22 September 2020
 

Baca juga :
Cowok Suka Masak Dipuji, Cewek Suka Masak Kok Disepelekan?
MAKAN PAGI PITO

MENYERAH

Tuan, sekarang hari apa?
Biar saya catat dalam kalender hidup saya
Akan saya lingkari dengan nama
“Hari terakhir bahagia”

Tuan, setelah singgah di saya
Tuan hendak kemana?
Bukankah tuan tak pandai memahami wanita?
Berhati-hatilah tuan, jangan bermain-main dengan rasa

Tuan, ini saya titipkan segenap kenangan
Sedikit harapan serta seberkas perasaan
Jaga baik-baik!
Semoga bermanfaat diperjalanan

Jika tuan bosan, tak apa, jangan dipaksakan
Saya tak bisa menerima rasa yang lahir dari kesepian
Jika tuan tak suka, tak apa
Saya ingin tuan bahagia, itu saja

Yogyakarta, April 2020

 

Baca juga :
Sebuah Seni Memahami Perempuan
Lewis Capaldi dan Lambang Harapan

Nama lengkap
biasa dipanggil Elly.
Mahasiswi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Prodi Pengembangan Masyarakat Islam.

 

Bukan siapa-siapa dan tidak punya prestasi apa-apa, dia hanya manusia tidak konsisten yang ingin jadi penulis tapi jarang sekali menulis.

 

Tinggalkan komentar