Mainmain – Tips Mencerdaskan Mental Anak dengan Mudah | Setiap orang tua tentu mengharapkan anak-anaknya bisa tumbuh menjadi pribadi yang cerdas. Sayangnya, banyak orang tua yang menghubungkan arti kecerdasan hanya dengan prestasi akademis di sekolah.
Padahal tidaklah demikian adanya. Kecerdasan juga mencakup aspek yang lebih luas lagi, meliputi kecerdasan intelegensia atau Intelligence Quotient (IQ), kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ), kecerdasan spiritual atau Spiritual Quotient (SQ), dan kecerdasan menghadapi masalah (kesulitan) atau Adversity Quotient (AQ).
Mungkin istilah IQ, EQ, dan SQ sudah cukup sering kita dengar. Tapi, bagaimana dengan istilah AQ? Sebagian besar orang tua mungkin masih asing dengan istilah AQ tersebut dan tidak terlalu memahaminya. Padahal, kecerdasan AQ termasuk hal yang juga penting untuk dimiliki setiap anak.
Baca juga: Rangkulan Sulung untuk Sulung
Orang tua perlu mengetahuinya agar bisa memupuk dan mengasah kecerdasan tersebut dalam diri anak-anaknya. Untuk itu, dalam artikel ini kami sajikan sedikit informasi menganai kecerdasan Adversity Quotient (AQ) dan bagaimana cara mengasahnya dalam diri anak.
AQ atau Adversity Quotient adalah kecerdasan seseorang dalam menghadapi masalah dan kesulitan. Kecerdasan AQ ini juga bisa dikaitkan dengan tingkat kematangan dan ketangguhan mental yang dimiliki oleh seseorang.
Mereka yang mentalnya kuat, tangguh/gigih, tahan banting, dan pantang menyerah dikatakan memiliki kecerdasan AQ yang tinggi. Sementara, mereka yang mentalnya kurang kuat misalnya mudah menyerah, banyak mengeluh, cengeng, labil, semangat dan daya juangnya kecil, bisa dikatakan memiliki tingkat kecerdasan AQ yang rendah.
Kecerdasan AQ tidak muncul serta merta dalam diri seseorang, melainkan harus ditanamkan dan mulai diasah sejak kecil. Orang tua perlu mengasah kecerdasan ini dalam diri anak-anaknya, karena kecerdasan AQ berperan cukup besar dalam menentukan keberhasilan (kesuksesan) seseorang.
Tips Mencerdaskan Anak
Untuk mencerdaskan mental anak, maka orang tua perlu mengasah kecerdasan AQ ini dalam diri anaknya. Bagaimana cara mengasahnya?
#1 Bangun kecerdasan AQ sejak dini
Bangun dan pupuklah kecerdasan AQ pada diri anak sejak ia masih kecil. Karena, kecil kemungkinan seseorang bisa memiliki kecerdasan ini secara tiba-tiba tanpa ada suatu proses yang sudah menempanya terlebih dahulu. Meskipun demikian, orang tua tentu tidak boleh mengharapkan hasil yang instan dari anak. Sesuaikan dengan kondisi, usia, kesiapan dan kemampuan masing-masing anak.
#2 Tegas dan disiplin dalam peraturan namun jangan keras dan kasar
Orang tua mungkin berpendapat bahwa agar anak memiliki mental yang kuat dan tahan banting, maka anak perlu dididik dengan aturan yang keras, dengan disiplin yang sangat tinggi dan super ketat. Tindakan-tindakan tersebut seharusnya dihindari karena tidak akan memberikan dampak yang positif pada anak.
Justru sebaliknya, bisa memberikan pengaruh yang tidak baik pada anak. Mendidik anak terlalu keras dengan disiplin yang sangat tinggi dan super ketat bukannya akan mengasah kecerdasan AQ anak, melainkan tanpa disadari orang tua mengajari anak untuk terbiasa bersikap keras, kaku, dan otoriter.
Lalu, bagaimana sebaiknya? Terapkan aturan dan disiplin yang cukup tinggi dengan konsisten dan tegas, bukan dengan cara yang keras dan kasar.
#3 Latih anak agar bisa memilih dan menentukan sendiri
Ajari anak untuk berani bersikap dan bisa menentukan pilihannya sendiri. Misalnya dalam memilih mainan, tuntun anak agar bisa menentukan satu mainan saja yang memang dibutuhkannya. Ajari pula anak untuk bisa bertanggung jawab atas pilihannya itu.
#4 Bangun motivasi dan optimisme dalam diri anak
Ajari anak untuk selalu optimis dan bersikap positif. Sikap positif ini tentu akan sangat berpengaruh bagi anak ketika ia mengambil keputusan-keputusan penting dalam hidupnya nanti. Misalnya dalam melakukan sesuatu katakanlah pada anak “Ayo, coba dulu nak, ini tidak sulit seperti yang kamu bayangkan. Ayah/Ibu yakin kamu pasti bisa.”
Anak yang diajarkan untuk selalu memiliki sikap optmis dan motivasi yang tinggi akan tumbuh menjadi pribadi yang produktif, memiliki semangat/kemauan untuk belajar, siap mencoba hal-hal yang baru, dan mampu tampil menjadi pribadi yang berani mengambil risiko.
#5 Latih anak agar sanggup menghadapi kesulitan
Dalam kehidupan, pasti akan ditemui berbagai macam kesulitan. Yang perlu ditanamkan dalam diri anak adalah bagaimana nantinya ia bisa memiliki mental yang kuat, tangguh, dan tak mudah menyerah dalam menghadapai berbagai masalah dan rintangan.
Bagaimana cara melatihnya? Orangtua perlu membiarkan anak agar bisa menyelesaikan masalah dan kesulitan yang dihadapinya. Misalnya, saat anak menemukan kesulitan dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah yang cukup sulit, biarkan anak agar bisa menyelesaikan tugasnya sendiri.
Jangan terlalu cepat membantu anak saat ia menemui kesulitan. Hal yang seperti itu tidak baik karena akan membuat anak menjadi pribadi yang tidak mandiri, tidak tangguh, dan terlalu bergantung pada sesuatu/seseorang.
Biarkan anak mencoba sendiri terlebih dahulu dalam menyelesaikan kesulitannya. Anda sebagai orang tua dapat mendampingi anak, dan bila memang anak benar-benar tidak bisa menyelesaikannya, barulah Anda bisa membantu anak.
#6 Ajarkan anak untuk bangkit dan tetap tegar ketika jatuh
Kegagalan demi kegagalan yang dialami anak bisa menempa anak menjadi lebih tangguh. Reaksi anak saat mengalami kegagalan biasanya akan sedih, kecewa, bahkan mungkin marah. Itu reaksi yang wajar dan normal. Namun, di saat seperti itulah peran Anda sebagai orang tua diperlukan.
Ajarkan anak untuk bisa bangkit kembali saat jatuh dan tetap tegar menghadapi kegagalannya dengan terus memberikan dorongan dan semangat kepada anak.
Tanamkan pada diri anak Anda agar tidak mudah menyerah dan cepat putus asa saat menemui kegagalan. Tanamkan juga dalam diri anak untuk tidak takut mencoba lagi meski sebelumnya pernah gagal.
#7 Latih anak agar mampu menganalisa kegagalannya
Saat anak mengalami kegagalan, jangan mengecam atau mengejeknya dengan kata-kata yang pedas. Mentalnya bisa jatuh bila terus-menerus diperlakukan seperti itu. Sebaiknya, ajari anak agar bisa menganalisa kegagalannya.
Anda sebagai orang tua dapat membantu anak, namun Anda juga perlu untuk mendorong anak agar mampu menemukan sendiri penyebab kegagalannya. Dengan demikian, anak akan tahu apa masalah yang telah menghambatnya dan bagaimana mengantisipasi agar kegagalan tersebut tidak terulang kembali.
#8 Orang tua harus menjadi contoh
Orang tua merupakan cermin bagi anak. Anak akan meniru sebagian besar apa yang dilihatnya dari orang tua. Bila Anda memperlihatkan kepada anak bahwa Anda memiliki mental yang kuat, pantang menyerah, dan selalu berpikiran positif, tentunya anak Anda juga akan meniru hal-hal positif yang Anda contohkan tersebut.
Jangan mengharapkan anak bisa tangguh, sementara diri Anda sendiri mempertontonkan sikap lemah dan cengeng di depan anak.
Demikian beberapa hal yang perlu dilakukan orang tua guna melatih kecerdasan mental anak. Semoga bermanfaat.