Ini Dia Bahaya Pola Asuh “Terlalu Mengatur” Pada Anak

mainmain.co – Tidak sedikit orang tua yang menerapkan pola asuh yang “terlalu mengatur” pada anaknya. Para orang tua dengan tipe pengatur seperti itu meyakini bahwa pola asuh yang mereka terapkan tersebut merupakan gaya pengasuhan yang paling pas untuk membentuk anak menjadi anak yang baik dan penurut.

Mereka juga meyakini bahwa dengan pola asuh yang banyak memberikan aturan kepada anak, maka pribadi anak akan terbentuk menjadi pribadi yang disiplin dan taat aturan. Namun, perlu diketahui bahwa pola pengasuhan yang serba mengatur tersebut ternyata bisa menimbulkan dampak yang berbahaya bagi mental anak.

Sebuah penelitian dari University of Virginia, Charlottesville, Amerika, sebagaimana yang dilansir oleh media Reuters mengungkapkan bahwa sikap terlalu mengatur orang tua menyebabkan anak menjadi pribadi yang mudah merasa bersalah, tidak bisa menerima dan menghadapi perbedaan pendapat.

Mereka juga cenderung sulit berekspresi dan menyatakan pendapatnya. Mereka akan menampilkan sikap “memusuhi” saat berada di tengah situasi yang berbeda pendapat. Hal ini sebagai dampak dari terlalu dikekang dan diaturnya segala hal dalam kehidupan anak oleh orang tua.

Tentu saja, ini akan memberikan dampak yang buruk bagi anak karena bisa membuat anak mengalami kesulitan saat membangun sebuah hubungan (relasi) dalam kehidupannya kelak, baik itu relasi pertemanan, maupun relasi asmara. Mereka juga berpeluang lebih besar untuk menunjukkan sikap yang sama, yaitu suka mengatur, saat berinteraksi dengan orang lain.

Masih menurut penelitian tersebut, anak-anak yang dibesarkan dalam pola asuh yang “serba diatur” juga lebih beresiko mengalami depresi dan kesepian saat ia dewasa, meskipun ia sedang berada di dekat orang lain atau dalam suatu lingkungan tertentu.

Peran yang terlalu dominan dari orang tua membuat anak menjadi terlalu bergantung pada orang lain dan tidak bisa menikmati kehidupannya sendiri. Tak hanya itu, anak-anak yang dibesarkan dengan gaya pengasuhan yang serba diatur juga memiliki rasa percaya diri yang rendah.

Anak-anak yang dibesarkan dengan gaya pengasuhan seperti itu mungkin saja akan menjadi anak yang baik dan penurut. Namun, sebenarnya mereka tidak menikmati apa yang mereka dapatkan dari orang tuanya. Mereka juga tidak merasakan kehangatan dari interaksinya bersama orang tua.

Hal inilah yang pada akhirnya membuat anak mengalami kesulitan untuk menunjukkan kehangatan dalam interaksinya dengan orang lain. Anak juga sulit memutuskan sesuatu sendiri karena terlalu bergantung pada aturan dan pendapat orang lain.

Melihat dampak yang ditimbulkan, tentu sangat tidak disarankan bagi orang tua untuk menerapkan pola pengasuhan yang demikian. Ini bukan berarti orang tua lantas harus menerapkan pola asuh yang terlalu membebaskan atau membolehkan.

Hal tersebut juga tidak dianjurkan karena bisa membuat anak tumbuh menjadi pribadi yang manja dan tak kenal aturan. Alangkah lebih baik dan bijak bila orang tua bisa bersikap lebih moderat dan menciptakan suasana yang demokratis dalam mengasuh dan mendidik anak-anak mereka.

Kenalkanlah aturan, nilai-nilai, dan batasan-batasan kepada anak, namun tetap perlu bersikap lembut dan penuh kasih sayang kepada anak. Satu hal yang perlu disadari orang tua bahwa anak-anak juga merupakan manusia yang berhak didengar suara dan keinginannya.

Tinggalkan komentar